Akhirnya, penelusuranku membuahkan hasil. Yah, seperti yang ibu tadi katakan, tinggal menelusuri jalan ini dan akan langsung disambut oleh suara air beradu dengan udara, terhempas bebas menghantam kumpulan batu di bawahnya_ tidak, ibu tadi tidak bilang begitu, itu karanganku saja karena kesal saat bertanya tentang lokasi air terjun disini, ibu tadi hanya merespon dengan tangan dan jari terarah tanpa suara sedikitpun! Tapi, memangnya jawaban apalagi yang aku butuhkan? Dan disinilah aku, sendiri, sambil mata jelalatan kek pencuri, mencari lokasi yang paling cocok untuk mengambil beberapa gambar artis alam yang oleh sang pencipta, semuanya disediakan gratis, gak pake sewa! Oh iya, hampir lupa! agar lebih mudah dipahami, disini, aku ditulis oleh seseorang sebagai Wisnu, dan oleh penulis, aku diberi peran sebagai seorang Pond’s Maker dengan hobi pothography. Aku sendiri bingung, kenapa penulis memberiku peran seperti ini, bukannya mau protes, tapi, ini kan cuma karangnnya saja, apa begitu buruknya imajinasi orang yang menempatkan aku disini hingga tidak terpikirkan olehnya peran yang lebih keren semisal Vokalis band ternama atau penyanyi rap yang sudah tur keliling dunia, jadi presiden negara kecil juga gak apa-apa kok! Yang penting lebih berkelas dan_ Tapi sudahlah, bahkan, seharusnya aku merasa beruntung karena ada seseorang yang walaupun dengan imajinasi standar, mau menghadirkan diriku dalam fantasi ini yang kedepannya aku jelas harus belajar lebih pasrah lagi, memangnya ada pilihan yang lain? Meskipun begitu, si penulis tidak begitu buruk, buktinya dia memberiku sifat langka, dalam hal ini mencintai segala bentuk keindahan termasuk_ siapa gadis ini?! Cantik sekali, jangan-jangan gadis ini sama sepertiku, tokoh fiksi! ah, baru di episode awal aku sudah kebingungan, tentu saja dia sama sepertiku! Ini sih salah penulis, harusnya dia tidak lupa memberiku pengarahan tentang bagaimana caranya untuk membedakan yang nyata dan tidak nyata! Ah, aku baru saja menghina penulis dengan imajinasi standarnya, tapi kenapa jadi aku sendiri yang bodoh! tidak yang nyata disini_ Tapi, bagaimana jika nanti aku kebingungan dan merasa diriku ini benar-benar_
“Maaf?”
“ah?” bersikap santai dan dingin, aku setuju dengan penulis, ini merupakan ekspresi terbaik dalam menghadapi lawan main yang, oh,,, gadis ini benar-benar cantik!
“Aku lihat, kamu membawa kamera,”
“Bukan, ini batu akik yang belum diasah,”
“hahaha,”
Yah, malah tertawa, sadar woi! “oh, ini kamera ya?!”
“kamu lucu. oh ya, namaku Sandra,”
“Wisnu,” Kalau cewek ini tokoh yang ditempatkan penulis untuk sekedar kukenal, aku rasa kata itu cukup.
“Maaf, Wisnu, aku bisa minta tolong gak?”
Aku disini untuk peranku saja dan bukan untuk membantumu! Tapi, bagaimana dengan reaksi para pembaca? aku jelas tidak ingin dicap manusia kutub hanya karena satu-dua jepretan, lagian, aku kan gak rugi apa-apa. “Ya sudah, sini kameranya,”
“E, mungkin sebaiknya kamu ke kiri sedikit, biar lebih klop dengan backgroundnya,”
“Oh iya, makasih sarannya. begini ya?”
Rada kaku sih, tak apalah, dari pada motret patung.
“Kalo disitu, bagus gak?”
Bilang aja mo dijepret lebih banyak.
“ehm, ehm,”
“ada cowok keren kok gak dikenalin?!”
“iya nih, si sandra!”
Aku keren?! kasian, udah figuran, rabun lagi!
“Oh, kita juga baru kenal kok! Wisnu, teman-teman aku, Nia, Vitri, Santi sama Agus,”
“Wisnu.”
***
“Maaf ya tadi, repotin kamu,”
“gak apa-apa.”
“Oh ya, kamu emang photographer profesional atau hobi doang?”
“Hobi aja, aku emang suka pemandangan, dari pada bolak-balik, kan lebih baik kalau diabadiin. kenapa emang, jelek ya fotonya?”
“bagus kok! justru aku kira kamu photographer profesional,”
“fotonya bagus, itu kar’na kamu sama teman-teman kamu emang cocok jadi model pemandangan alam,”
“serius?!”
“pemandangan alam hutan gundul,” hahahaha rasain! Gak segitunya juga kali, “Bercanda!”
“aku juga suka, pemandangan alam itu tuh buat aku, menenangkan,”
Entahlah, apa aku harus merasa kecewa atau bersyukur kali ini. Ayolah, Keadaan seperti ini terlalu mudah ditebak, dua orang bertemu dengan hobi yang sama, apa tidak ada yang lebih misterius?
“Aku dan teman-teman, kami sangat sering kesini, dan_”
Hadeh, disaat seperti ini kenapa mesti ada acara pusing mendadak sih?! memangnya aku ini tokoh fiksi anemia?!
“kami sering bertemu orang-orang sepertimu,”
“maaf, tapi kepalaku terasa berputar,”
“Oh, sorry, aku lupa bilang, air mineral yang aku kasih ke kamu itu, sudah diberi obat, sabarlah, kamu akan segera pingsan,”
“Shit!” Jadi siapa mereka ini, ayolah! Meskipun aku tokoh utama, tetap saja hal ini membuatku takut! Memangnya cerita macam apa ini? Sekumpulan pembunuh berantai?! Sialan_
***
Blablabla tangan dan kaki terikat, duduk dengan ditemani lampu pijar yang menyilaukan, dasar penulis amatir! pisau daging, gergaji listrik, martil dan, oh, apa ini? semacam selang untuk menarik habis semua darah dalam tubuh? Orang yang menempatkan aku disini, dia benar-benar harus lebih kreatif lagi! Memuakan, tadinya kupikir aku akan berada dalam cerita romantis, ada apa dengan penulis ini?! Aku ingin berada dalam cerita cinta dan bukannya triller berdarah seperti ini! Aku benar-benar harus protes kali ini_ Tapi, agaimana jika aku mati disini?! Oh tidak! “TOLONG!” Tidak, aku tidak boleh mati disini! “SESEORANG TOLONG!” Apa penulis ini begitu bodoh! awal cerita, tokoh utama jangan langsung disiksa apalagi mati! “TOL_” Tapi, aku kan tokoh utamanya, tokoh utama akan ada sampai episod terakhir sebuah cerita, berarti, aku tidak akan mati disini_ agrhhhh! bagaimana aku bisa tahu siapa pemeran utamanya?! Bagaimana jika pemeran utamanya itu_ oh tidak! Aku terlalu keren untuk jadi figuran! “TOLONG!” Sia-sia, tidak akan ada yang mendengarku. Lagian, tidak semua tokoh utama bisa hidup lebih lama, bisa jadi, aku memang figuran dan, Tidak! Tidak! aku harus fokus! Dalam film atau buku, Tokoh yang akan disiksa, itu pasti cantik, ganteng, keren_ Ada cowok keren kok gak dikenalin, Damn! Yang lain! Yang lain! Seseorang yang akan disiksa, itu pasti akan mencari cara untuk, tentu saja melepaskan ikatannya! Yang aku butuhkan hanya meraih, apa?! dimana pisau lipatku?! Kenapa aku bungil?! Apa mereka memperkosaku?!_ oh, itu pasti sangat menyenangkan_ Fokus!
“Oh, kau sudah sadar rupanya?”
“Ayolah! kalian tidak akan membunuhku kan?! Aku ini tokoh utamanya!”
“Apapun itu, yang kau katakan,,, aku rasa, kau benar, kami akan membunuhmu,”
“Sandra, sudah kukatakan agar jangan Agus yang mencari pesanan kita!”
“Kau ini, kenapa membicarakan pesanan di depan si pemesan,,,”
“Pe, pesanan?! pesanan apa?! kalian benar-benar sudah gila! kumohon lepaskan aku!” Oh tidak! aku benar-benar akan mati kali ini! berpikir! berpikir! oh, “Ayahku orang kaya! kalian bisa meminta tebusan padanya!” Ayah?! memangnya aku punya?!
“Ayolah! kau pikir ini semua tentang uang?!”
Sialan! sudah kuduga! Lantas apa yang kalian inginkan?! Apa yang penulis ini inginkan? Bagaimana bisa seorang penulis tega menempatkan tokoh utamanya di situasi seperti ini?! kumohon, berikan penyelamatan, bagaimanapun adegannya! “Lalu apa yang kalian inginkan?!”
“Yang kami inginkan?!”
“Ayolah Nia, orang ini berhak tahu,”
“Kau menghamili adik ku dulu, dia bunuh diri. Aku tidak perlu panjang lebar, otak biadad mu itu, kau pasti mengerti!”
“Apa yang kalian bicarakan?! siapa yang kuhamili?! aku bahkan tidak tahu siapa kalian ini!”
“Aku kau tahu, seseorang yang sedang menghadapi situasi hidup dan mati, mereka akan menghasilkan adrenalin yang sangat besar dan, entahlah, tapi, aku rasa hal itu sangat menggairahkan,”
“Dasar kamu gadis nakal,”
“Vit, kamu gak bakalan mutusin aku kan? aku hanya ingin sedikit mengambil untung,”
“Kumohon, aku akan lakukan apa saja untuk kalian, asal kalian melepaskan aku,” Apalagi yang bisa kulakukan, hal itu bahkan tidak akan berhasil!
“Orang ini cukup pintar, Vit,,, boleh yah? boleh yah?”
“Jangan lama-lama, kau tahu kan betapa aku mencintaimu?”
“Aku tahu sayang, aku gak akan lama kok, kamu gak perlu cemburu,”
“Dasar kalian ini, pasangan yang aneh!”
***
Apa bedanya? toh aku juga bakalan mati, Dasar penulis sialan! Ternyata, aku memang bukan si tokoh utama. Nasib figuran, sudah figuran, harus mati lagi! Benar-benar menguras emosi. Meskipun berpikir keras, penulis yang menempatkan aku disini jelas memiliki pikiran yang berbahaya! Bagaimana jika semua hal ini dituangkannya ke dalam dunia nyata?! atau, bagaimana jika lebih parah lagi, semua hal ini berdasarkan kisah nyata, dan si penulis seorang sikopat! Kasian para tokoh fiksi dan mereka yang nyata,,, Oh, siapa saja, tolong hentikan orang ini! Tapi, siapa yang harus dihentikan, orang-orang gila ini atau si penulis?!
“Aku cukup puas tadi, dan kurasa itu bukan hal baik untukmu,”
“Apalagi s’karang, ayolah, aku tidak akan memberitahukan siapa-siapa tentang kalian,” Jelas mereka bukan orang bodoh, tapi paling tidak, aku melakukannya untuk menghargai nyawaku yang tidak nyata ini.
“Aku sudah cukup sering melakukan hal yang tadi itu, dan setiap orang yang berhasil memuaskanku membuat Vitri jadi seorang pembunuh kejam. kau pasti tahu maksudku dengan pembunuh kejam,”
“Aku sudah bisa menebak kelanjutannya, pacarmu yang cemburu akan menyiksaku dengan sangat kejam, dan tentu saja, kau hanya berdiri sambil menikmati setiap adegan hingga, entahlah, kau orgasme mungkin, atau mungkin sebaliknya, maksudku, apa kau tidak pernah kecewa, setiap mainanmu yang menyenangkan harus selalu berakhir lebih cepat?”
“Dasar! Kau pikir aku bodoh?! Untuk apa aku kecewa, setelah ini, aku bisa mendapatkan mainan yang baru, dan jika beruntung, mainanku yang baru, jauh lebih baik darimu!”
“Kau lupa satu hal, dalam beberapa episod, hal ini terlalu biasa, maksudku, apa kau pernah bertemu dengan mainan yang menginginkanmu meskipun tahu dia akan mati?”
“Jangan coba-coba mengelabuiku, hal itu tidak akan berhasil, aku_”
“Santi, aku tahu, ada yang akan terjadi sejak awal saling tatap kita di lokasi air terjun, buktinya, kau bahkan tidak perduli dengan tampang cemberut Vitri saat ingin bercinta denganku tadi. pikirkan hal ini, kita masih bisa saling menikmati jika kalian tidak langsung membunuhku, paling tidak, aku masih bisa sering bersama orang yang aku ingini saat ini, aku heran, kenapa kau bisa begitu menggairahkan,”
“Entahlah, tapi aku memang sangat menginginkanmu, bahkan setelah yang barusan!”
“Oh,,, pelan-pelan saja, aku tidak akan kemana_ oh, santi,,,” Tidak perduli, entah ini hasil imajinasi si penulis atau keinginan kuat diriku untuk tidak mati saat ini, semuanya sama saja, aku harus tetap hidup!